Indeks

Lembah Bomban dalam Deru Longsor: Warga Bertahan di Tengah Duka

banner 468x60

PARIGI MOUTONG, SultengDaily.com – Petang itu, langit di atas Lembah Bomban berubah kelabu. Hujan yang mengguyur sejak pagi, Selasa 17 Juni 2025, tak kunjung reda, hingga akhirnya sekitar pukul 16.20 WITA, bencana datang tanpa ampun. Tanah longsor dan banjir bandang menyapu desa yang tenang di Kecamatan Bolano Lambunu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

“Ada suara gemuruh dari atas bukit, lalu air datang seperti dikejar-kejar. Lumpur, batang pohon, semua ikut,” tutur Sumiati, warga setempat, matanya sembab menatap puing rumahnya yang hampir hilang tertimbun lumpur.

banner 325x300

Air bah datang bersama material longsor setinggi pinggang orang dewasa. Beberapa rumah di sekitar bantaran sungai kecil yang membelah desa tak sempat diselamatkan. Satu rumah dilaporkan rusak berat akibat tertimpa material longsor. Untungnya, tak ada korban jiwa.

Jalur utama menuju Lembah Bomban lumpuh total. Batu besar dan potongan kayu menutupi badan jalan. Warga hanya bisa mengandalkan jalan setapak yang tersisa, sambil menunggu bantuan.

“Kami belum bisa keluar. Semua jalan tertutup. Tapi kami masih punya nyala harapan,” ujar seorang bapak muda yang mengungsi bersama anak dan istrinya di balai desa.

Data sementara dari BPBD Kabupaten Parigi Moutong mencatat 104 Kepala Keluarga (KK) terdampak. Sejumlah warga dievakuasi ke lokasi aman. Mereka mengungsi dengan perlengkapan seadanya, sebagian besar hanya membawa pakaian yang dikenakan saat kejadian.

Begitu laporan bencana diterima, Tim Reaksi Cepat (TRC) dari BPBD setempat langsung turun ke lokasi. Mereka melakukan pendataan, evakuasi, dan membuka jalur komunikasi darurat dengan pihak-pihak terkait.

“Prioritas kami adalah keselamatan jiwa. Setelah itu, baru mendata kebutuhan mendesak warga,” jelas salah satu petugas BPBD yang berjaga hingga malam.

Dr. Ir. H. Akris Fattah Yunus, MM, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sulawesi Tengah, dalam keterangan resminya menyatakan bahwa hingga pukul 18.26 WITA, belum ada laporan korban jiwa. Namun, potensi longsor susulan tetap menjadi perhatian serius.

“Kami sudah aktifkan koordinasi dengan Dinas Sosial, Dinas Pangan, hingga Dinas Perkimtan untuk penanganan darurat. Akses menuju lokasi masih tertutup total, namun petugas di lapangan terus berupaya membuka jalur dan memastikan suplai logistik,” ujarnya.

Di tengah dingin malam dan minimnya penerangan, warga tetap bergotong royong. Cahaya senter dari kepala para relawan berseliweran di antara tumpukan lumpur dan reruntuhan. Suara cangkul, ember, dan teriakan saling menyemangati menjadi simfoni tangguh warga Bomban.

“Rumah bisa dibangun lagi, tapi nyawa harus dijaga. Ini pelajaran bagi kita semua untuk selalu siaga,” ucap Kades setempat, dengan suara tertahan.

Kisah dari Lembah Bomban adalah potret kecil dari daya tahan masyarakat di pelosok Sulawesi Tengah. Ketika bencana datang, mereka tak hanya bertahan, tapi juga saling merangkul. Dari reruntuhan, mereka membangun kembali—bukan hanya rumah, tapi juga harapan.

SultengDaily.com akan terus mengikuti perkembangan di lokasi, menyuarakan suara warga, dan menyalakan kepedulian publik terhadap mereka yang hari ini sedang diuji.

banner 325x300
3 Banner Iklan Berkedip Cepat
3 Banner Iklan LED Glow
Exit mobile version