Indeks

Ketegangan Memuncak di Washington: Dukung Israel, Hindari Perang Langsung dengan Iran

Donald Trump berkampanye di Dorton Arena di Raleigh, North Carolina, pada tanggal 4 November [Jonathan Drake/Reuters]
banner 468x60

Washington D.C., SultengDaily.com — Di tengah gelombang konflik antara Iran dan Israel yang memanas, pusat kekuasaan Amerika Serikat kini terbelah dalam diam. Gedung Putih, Pentagon, dan Kongres tampak memegang satu benang merah: mendukung Israel. Namun di balik layar, strategi dan kepentingan politik yang saling bertabrakan mulai menimbulkan riak serius.

Suara-suara keras menggema di Capitol Hill. Dalam rapat dengar pendapat yang berlangsung tertutup, Senator John Fetterman menyatakan secara terbuka bahwa “Israel harus mendapatkan apa pun yang dibutuhkannya untuk membela diri.” Sementara itu, Pembicara DPR Mike Johnson menegaskan bahwa “hak pertahanan diri Israel adalah mutlak dan tidak dapat dinegosiasikan.” Senator veteran Lindsey Graham bahkan memperingatkan, “Jika Iran menyentuh satu saja kepentingan AS, maka balasan kita akan menghancurkan.”

banner 325x300

Namun, tidak semua pihak sepakat dengan pendekatan agresif ini. Di tubuh Partai Republik, kubu populis konservatif seperti Tucker Carlson dan lingkaran MAGA mengkritik keras dukungan tak bersyarat kepada Israel. Mereka menilai keterlibatan militer AS hanya akan memperburuk posisi global Amerika dan memancing konfrontasi yang tak diinginkan.

“Ini bukan perang kita, dan kita tidak seharusnya membayar harga politik maupun ekonomi atas konflik yang tak kita mulai,” ujar Carlson dalam wawancara nasional.

Di pihak Demokrat, friksi pun tak terhindarkan. Sementara beberapa senator moderat mendukung penuh Israel, faksi progresif menyuarakan kekhawatiran akan eskalasi militer yang bisa menyeret AS terlalu jauh, apalagi di tengah anggaran dalam negeri yang sedang ditekan dan sentimen publik yang mulai lelah pada keterlibatan asing.

Presiden Donald Trump—yang kembali menjabat pada 2025—mengambil posisi hati-hati. “Saya telah diberi tahu, dan saya mendukung tindakan Israel. Tapi kita juga perlu kembali ke jalur diplomasi, terutama terkait isu nuklir Iran,” ujarnya dalam konferensi pers terbatas. Trump yang dikenal dengan gaya konfrontatifnya justru tampak mendorong negosiasi, meski tetap mengizinkan Israel melakukan serangan balasan.

Sementara itu, Pentagon di bawah koordinasi Sekretaris Pertahanan Marco Rubio menekankan bahwa “tidak ada keterlibatan langsung militer AS dalam serangan Israel terhadap Iran.” Namun, Rubio memastikan bahwa perlindungan atas 40.000 lebih pasukan AS di Timur Tengah menjadi prioritas utama. Pengerahan sistem pertahanan rudal di pangkalan-pangkalan seperti Al Udeid (Qatar), Erbil (Irak), dan Pangkalan Udara Azraq (Yordania) sudah dilakukan sejak dini.

“Yang kami lakukan adalah mencegah agar konflik ini tidak berubah menjadi bencana regional yang lebih luas. Tapi kami akan bertindak tegas jika kepentingan kami dilanggar,” tegas Rubio.

Kondisi di Washington mencerminkan wajah dilematis kebijakan luar negeri Amerika: mendukung Israel sebagai sekutu utama, namun juga menghindari konfrontasi langsung dengan Iran yang dapat menyeret kawasan ke jurang perang total.

Kini, suara yang semakin keras dari dua ujung spektrum politik membuat Gedung Putih berada di persimpangan. Antara realitas medan tempur dan kepentingan dalam negeri, Amerika Serikat sekali lagi diuji: apakah sanggup menjadi penjaga stabilitas, atau justru pemantik ketegangan baru?

Sumber: Reuters, CNN, Fox News, Briefing Pentagon 2025, pernyataan resmi Gedung Putih, dan kutipan Kongres AS

banner 325x300
3 Banner Iklan Berkedip Cepat
3 Banner Iklan LED Glow
Exit mobile version