Indeks

Perang Terbuka Iran-Israel: Timur Tengah di Ambang Perubahan Geopolitik Besar

banner 468x60

SultengDaily.com – Internasional | Senin, 16 Juni 2025

Dalam 65 jam terakhir, dunia menyaksikan babak baru paling berdarah dari pertarungan dua kekuatan Timur Tengah: Iran dan Israel. Ledakan demi ledakan mengguncang langit Tel Aviv, sementara Isfahan dan Parchin menahan napas di bawah ancaman rudal-rudal Israel. Tetapi ini bukan sekadar perang roket—ini adalah duel geopolitik tingkat tinggi, yang membawa ancaman perubahan tatanan di seluruh Timur Tengah.

Laporan dari berbagai media dan pengamat independen menyebut, lebih dari 385 warga Israel masuk rumah sakit dalam 24 jam terakhir. Setengahnya luka parah, dan puluhan di antaranya meninggal dunia. Jutaan orang kini hidup dalam bunker. Di sisi lain, Iran pun tak luput. Serangan mendadak Israel sebelumnya merenggut 450 nyawa di Iran dan melukai lebih dari seribu orang.

Namun, militer Iran tetap kokoh. Kematian sejumlah petinggi mereka tidak memutus rantai komando. “Iran bukan ormas. Ini negara. Pimpinan mati, langsung ada pengganti,” ujar seorang analis geopolitik. Fakta bahwa Iran bisa menghujani Israel dengan rudal balistik secara terkoordinasi dalam tiga hari berturut-turut adalah sinyal bahwa mereka tidak hanya bertahan, tapi membalas dengan kekuatan penuh.



Menurut Tengku Zulkifli Usman, pengamat geopolitik yang aktif memantau dinamika Timur Tengah, perang ini bukan sekadar tentang nuklir. “Target Israel bukan fasilitas atom Iran. Target sesungguhnya adalah mengganti rezim Islam Iran, demi menuntaskan proyek besar: menjadi raja tunggal di Timur Tengah,” tulisnya.

Israel memang diketahui memiliki lebih dari 400 hulu ledak nuklir secara rahasia—dalam bayang-bayang perlindungan Amerika Serikat. Sementara Iran, sejauh ini justru bekerja sama secara terbuka dengan IAEA dalam pengembangan nuklirnya.



Serangan Iran kali ini menyasar titik-titik vital yang belum pernah disentuh dalam sejarah serangan apapun ke Israel. Dari fasilitas nuklir Dimona, pelabuhan utama, depot minyak, rumah para pejabat, hingga pusat riset dan komando militer Israel, semua jadi sasaran. Kota-kota Israel kini menjelma seperti Gaza dan Beirut di masa puncak konflik. “Ini belum pernah terjadi. Tel Aviv sunyi. Mati,” kata Tengku Zulkifli.

Juru bicara militer Iran bahkan mengancam bahwa serangan ke depan bisa menghancurkan bunker-bunker pertahanan Israel. “Jika sipil menjadi target, itu karena Israel memulainya,” ucapnya tajam.



Sinyal permintaan Israel kepada Donald Trump agar AS terlibat langsung dalam perang ini sudah muncul. Bahkan permintaan ekstrem seperti pembunuhan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, disebut telah diajukan. Tapi Trump—dilaporkan oleh sejumlah sumber—menolak. “Kalau Khamenei dibunuh, situasi akan jauh lebih buruk,” ujarnya. AS sadar, satu gerakan salah bisa memicu intervensi dari Rusia, Tiongkok, bahkan Pakistan.



Teknologi pertahanan canggih Israel seperti Iron Dome, Iron Beam, Arrow, Patriot hingga THAAD dari AS terbukti gagal menghalau semua rudal Iran. Rudal balistik dan hipersonik Iran berhasil menembus pertahanan dan memporak-porandakan infrastruktur utama Israel.

Padahal, Iran bukan negara dengan kekuatan udara canggih. Mereka diblokade sejak Revolusi Islam 1979. Jet tempur mereka usang, tetapi rudal mereka luar biasa. “Iran menaruh taruhan di rudal, bukan pesawat. Dan mereka menang,” ujar seorang pengamat pertahanan.



Di saat Israel babak belur, dunia Arab justru pasif—bahkan beberapa negara dituding membantu Israel. Dalam laporan observasi yang dikutip Zulkifli, disebut bahwa Arab Saudi, Qatar, dan Yordania diam-diam memberikan data lalu lintas rudal kepada Israel. Sebuah ironi, mengingat jika Iran tumbang, menurutnya, “seluruh rezim Arab tinggal tunggu waktu untuk diinjak Israel satu per satu.”



Di balik ledakan, perang senyap juga bergulir. Agen-agen Mossad keturunan Arab ditangkap Iran, sebaliknya agen IRGC Iran tertangkap di Tel Aviv. Ini adalah medan lain dari perang yang tidak terlihat tapi menentukan.


Apakah perang ini akan berakhir cepat? Tidak tampaknya. Justru ini bisa menjadi awal dari sebuah reshuffle kekuatan besar di kawasan. Israel—untuk pertama kalinya—berada dalam posisi bertahan total. Dan Iran menunjukkan kepada dunia bahwa mereka bukan Irak, bukan Suriah, bukan Libya.

Dalam sebuah catatan tajamnya, Tengku Zulkifli menulis:
“Blood by blood. Jika dunia diam terhadap agresi Israel, maka Iran wajib balas dengan kekuatan penuh. Israel harus tahu bahwa kekuasaan ilegal selalu punya akhir.”

banner 325x300
3 Banner Iklan Berkedip Cepat
3 Banner Iklan LED Glow
Exit mobile version